Senin, 30 Juni 2014

Minoritas

Summer 2014
Empat bulan sudah saya lalui kehidupan di negeri ginseng ini. Bisa dibilang kuliah dan les bahasa korea saya di Spring semester kemaren tidak begitu padat. Tapi waktu seminggu itu benar2 cepat berlalu dan sepertinya waktu 24 jam sehari itu tidak cukup. Masih lumayan tertatih untuk membiasakan diri rajin membaca. Mengerjakan paper di tiap minggu nya. Ikut berpartisipasi di kelas mengeluarkan pendapat. Si diri masih belum berprilaku 100% sebagai master student yang seutuhnya. Godaan pun juga banyak, mulai dari kecepatan internet hingga benar2 bikin lalai :p dan godaan untuk nuris kesana kemari.

Pernah baca sebelumnya jika ingin mencoba suatu hal yang baru jadi lah golongan minoritas. 

Di kelas, saya satu-satunya mahasiswa asing Islam dan berjilbab. Masih ingat ketika kelas pertama di awal semester, bagaimana pandangan prof langsung tertuju kepada saya. Bagaimana teman2 sekelas mengajak saya untuk ikut minum2 sbg welcome party dan saya kabur pulang. :D Sampai dipertemuan terakhir prof yang langsung mengajak saya utk ikut party. Dan mengajak saya mencoba alkohol malam itu, Tetapi setelah saya jelaskan, prof minta maaf dan tetap menyuruh saya ikut party dan bilang "kamu bisa minum jus". Malam itu juga senior2 bertanya tentang jilbab yang saya kenakan. Ada yang terima dengan apa yang saya jelaskan ada yang sedikit mencibir. Yaaa saya menjadi minoritas disini.
Jika saya bepergian ke tempat umum seperti station, subway, pasar, mall saya benar2 menjadi pusat perhatian ahjumma dan ahjussi. Mereka akan memandang saya dari atas ke bawah. Jika mereka bersama dengan teman akan dilanjutkan dengan berbisik-bisik dan kembali berulang2 melihat saya. Tetapi salah satu pengalaman yang tidak akan pernah lupa, saat itu saya ada di dalam subway menuju Hongdae. Karena kereta lumayan penuh saya tidak dapat tempat duduk dan berdiri di dekat pintu. Kebiasaan orang korea mulai menular kepada saya, dalam kereta buka hp dan asik sendiri. Tak beberapa lama setelah itu ada sekelompok ahjumma yang baru naik dan di station selanjutnya rem kereta saat berhenti lumayan terasa dan membuat salah satu ahjumma dikelompok tersebut sedikit terlempar ke arah saya dan beliau menarik lengan saya agar tidak jatuh. Sadar yang dia pegang adalah orang asing, mereka berbisik2 "Dia dari negara mana ya?" langsung saya jawab "Saya dari Indonesia". Mereka terkejut karena saya bisa bahasa Korea. Karena ada beberapa tempat duduk kosong sekelompok ahjumma ini duduk. Saya tetap berdiri. Ahjumma yg duduk di dekat pintu tiba2 menyuruh saya berdiri di dekatnya. Beliau memulai percakapan dengan memuji bahasa korea saya dan mengagumi saya yang berjilbab. kemudian lanjut menanyakan kenapa saya bisa sampai di korea, Beliau menunjukkan perhatian, memegang tangan saya dan menggosok2 nya yang saya artikan sebagai naluri keibuannya. Bahkan teman2 beliau dan orang lain di gerbong tersebut menjadikan kami sebagai pusat perhatian. Beliau bercerita juga tentang anak nya yang kuliah di SNU dan KAIST. Dan karena saya bilang saya suka kimchi si ahjumma ini mengajak saya untuk berkunjung kerumahnya. Tapi karena sudah sampai di stasiun yang dituju, teman2 beliau mengajak turun dan sebelum turun beliau berpesan untuk rajin, semangat kuliah dan belajar bahasa korea nya. Ya...ini pengalaman lain menjadi minoritas di sini.
Di kampus biasanya pandangan aneh itu tidak terlalu jelas seperti di luar karena sudah banyak juga mahasiswa asing berjilbab di Korea Univ

Makan di luar pun tidak bisa sebebas di Indonesia. Harus mau membaca hangeul untuk tau kandungannya, mau dan tidak malu bertanya bahkan untuk jajanan kecil pun. Mengakali nya saya benar2 harus rajin masak. Lebih baik masak sendiri. Salah satu tujuan kuliah ke luar negeri memang agar menambah skill memasak saya. Jika di Indonesia masih akan termanjakan dengan banyaknya restoran dan rumah makan. Disini karena terpaksa jadi terbiasa. Semoga ;D
Summer ini juga bertepatan dengan Ramadhan. Imsak untuk Seoul pukul 3.20 dan Maghrib 19.58. Mencoba berpuasa dengan waktu 16,5jam lamanya. Dan yang pasti untuk berbuka tidak ada pasar Ramadhan disini. Tiba2 saya ingat Bukittinggi dan Bandung. Surga makanan ;p

Disatu sisi menjadi minoritas menurut saya baik karena kita akan diperlakukan spesial (dalam artian baik) tapi tidak jarang juga saya mendapat perlakuan yg sedikit kurang baik disini. Walau bagaimanapun saya menikmati kehidupan saya disini, bertemu dengan orang2 baru, mengenal budaya baru. Alhamdulillah saya bisa memiliki kesempatan ini dalam hidup saya.


2 komentar:

  1. Halo mba elvira, salam kenal. Saya mau juga kuliah di korsel, bagi tips nya dong biar bisa kuliah disana hehe

    BalasHapus
  2. Halo Rany,
    Tips yang paling utama jangan mudah menyerah :)

    BalasHapus